Rabu, 09 November 2011

RAGAM BAHASA INDONESIA

RAGAM BAHASA INDONESIA


Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan.

MACAM-MACAM RAGAM BAHASA
1.Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
2.Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.
3.Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.
4.Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
5.Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
6.Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
7.Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual.

BAHASA INDONESIA DULU
Penggunaan Bahasa Indonesia di Zaman Dulu.
Bahasa Indonesia pada waktu dulu sangat tidak divariasikan dalam pengucapan berbicaranya, dalam penyampaiannya pun kata-katanya hampir baku, tapi tidak semua warga Indonesia pada waktu itu berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hanya orang-orang yang berpendidikanlah yang penggunaan bahasa Indonesianya baku, karena kita ketahui pada zaman dulu jarang orang-orang yang dapat bersekolah. Hanya orang yang mempunyai uanglah yang dapat bersekolah. Walaupun begitu, penggunaan bahasa Indonesia di zaman dulu lebih baik dari penggunaan bahasa Indonesia di zaman sekarang.

BAHASA INDONESIA SEKARANG
Penggunaan Bahasa Indonesia di Zaman Sekarang
Bahasa Indonesia di zaman sekarang ini sudah banyak divariasikan dalam pengucapan berbicaranya. Dalam penyampaianpun kata-katanya sudah tidak baku lagi, hal ini disebabkan karena era globaliasi yang berkembang pesat di Indonesia, karena pengaruh-pengaruh budaya luar masuk ke Indonesia termasuk cara gaya berbicaranya, oleh karena itu, sekarang ini bahasa Indonesia yang baku sudah jarang dipakai lagi karena dampak globalisasi itu. Orang-orang berbicara dengan kata-kata yang baku hanya dipakai di kalangan lingkungan sekolah, atau jika sedang berlangsungnya rapat. Kejadian ini sungguh sangat ironi sekali karena seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia membanggakan bahasa kita sendiri, tapi malah kita yang tidak berbicara dengan berbahasa Indonesia.

BAHASA INDONESIA KEDEPAN
Penggunaan Bahasa Indonesia Kedepannya
Mungkin gaya bicara warga Indonesia ke depan diprediksi sudah tidak sama sekali menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapanya sehari-hari, nanti mungkin akan berbicara dengan bahasa negara lain, hal ini dapat kita lihat dari sekolah-sekolah menengah ke atas yang hampir rata-rata mengedepankan pelajaran-pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Jepang, bahkan sekarang ini sudah banyak sekolah menengah ke atas yang mempelajari bahasa Jerman dan Arab. Itu semua dimasukan ke dalam pembelajaran yang pokok, sedangkan bahasa Indonesia sendiri sudah jarang dipelajari karena beranggapan bahasa kita sendiri, jadinya dianggap sepele padahal justru bahasa kita sendirilah yang harus kita lestarikan. Kita juga dapat melihat dari perguruan-perguruan tinggi yang tes masuknnya itu harus dengan menguasai bahasa inggris, ini sangat ironi sekali justru seharusnya tes itu memakai bahasa Indonesia karena itu sama saja kita dari dini sudah tidak tertanam berbahasa Indonesia yang baku lagi, tapi sudah tertanam oleh bahasa luar. Hal-hal itulah yang menjadi penyebab bahasa Indonesia kedepannya nanti akan tidak dipakai lagi bahkan mungkin juga akan hilang.

TUJUAN DIAJARKANNYA BAHASA INDONESIA
Apa Saja Tujuan dari Diajarkannya Bahasa Indonesia.
Kita dari kecil pun sudah diajarkan bagaimana berbicara bahasa Indonesia yang baik oleh orang tua kita, karena berbahasa Indonesia yang baku itu ciri sopan santun kita dalam berbicara. Ketika masuk sekolah dasar, kita diajarkan bagaimana berbicara bahasa Indonesia yang baik, bahkan di SMP, SMA, sampai kuliahpun kita masih diajarkan bahasa Indonesia. Ini semua bertujuan agar kita dari kecil hingga dewasa dapat memahami lebih jauh berbahasa Indonesia yaitu bahasa kita sendiri agar kita dapat mengetahui cara berbicara bahasa Indonesia yang benar seperti apa, dan juga kita dapat mempraktikannya di dalam berbicara sehari-hari. Kita juga harus melestarikan berbahasa Indonesia agar tidak hilang, justru kita juga harus membanggakannya sebagai warga bangsa Indonesia.

APA YANG AKAN TERJADI
Apa yang Akan Terjadi Jika Kita Tidak Melestarikan Bahasa Indonesia..?
Jika kita tidak melestarikan tata cara berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka bangsa kita ini akan terjajah oleh bangsa asing, karena apa yang dibicarakan dalam kehidupan sehari-haripun kita sudah tidak memakai bahasa Indonesia. Semua itu sama saja kita sudah terjajah oleh bahasa asing. Dampak lain yang tadi dikatakan bahasa Indonesia sudah tidak akan dipakai lagi mungkin akan hilang, dan bisa-bisa dampaknya akan berpengaruh kepada kebudayaan bangsa kita.

HAL APA SAJA
Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan Jika Kita Ingin Melestarikan Bahasa Indonesia..?
Hal pertama kita harus mengajarkan anak kita belajar berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan sopan, karena hal ini perlu kita ajarkan sejak dini agar mereka bisa memahami dasar-dasarnya.

Kedua kita harus mengajarkan mereka lebih dalam tentang bahasa Indonesia, misalkan diajarkan tata bicara yang sopan. Peran sekolah pun penting dalam mengajarkan bahasa Indonesia. Kita ajarkan tentang kata baku dan tidak baku, kita ajarkan ragam bahasa, kita ajarkan majas, pembuatan surat, dan cara berpidato, itu contoh kecil yang harus kita ajarkan agar bahasa Indonesia itu tetap dipakai dalam bahasa berbicara sehari-hari bahkan bisa dengan kata-kata yang baik dan benar. Dengan begitu juga bahasa kita tidak akan hilang termakan zaman.

JADI KESIMPULANNYA ADALAH..
Ajarkanlah sejak dini cara berbicara yang baik dan benar. Ajarkan tentang ragam bahasa, kita ajarkan apa saja yang akan terjadi bila bahasa Indonesia tidak dipakai lagi, terus bagaimana cara menanggulanginya, dan setiap sekolah dasar, menengah, atas, bahkan perguruan tinggi bahasa Indonesia itu harus menjadi pelajaran yang wajib dan pokok.

http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/ragam-bahasa-indonesia/

Bahasa Indonesia yang baik dan benar

Meskipun sudah sering didengar, ternyata belum semua orang memahami makna istilah “baik dan benar” dalam berbahasa. Tidak semua bahasa yang baik itu benar dan sebaliknya, tidak semua bahasa yang benar itu baik. Tentunya yang terbaik adalah bisa berbahasa dengan baik dan benar. Untuk dapat melakukannya, perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan baik dan benar tersebut.

Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus sesuai.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
  1. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
  2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
  3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
  4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
  5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut.
  1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
  2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
  3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
  4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
  5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
Dari semua ciri bahasa baku tersebut, sebenarnya hanya nomor 2 (kata baku) dan nomor 4 (lafal baku) yang paling sulit dilakukan pada semua ragam. Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif dapat diterapkan (dengan penyesuaian) mulai dari ragam akrab hingga ragam beku. Penggunaan kata baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab malah akan menyebabkan bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.

http://ivanlanin.wordpress.com/2010/03/15/bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar/

ResensiBuku Harry Potter and the Deathly Hallows

IDENTITAS BUKU
Judul Buku  : Harry Potter and the Deathly Hallows
Pengarang : J.K. Rowling
Penerbit : Bloomsbury
Cetakan : 2007
Tebal : 607 hlm


SINOPSIS
Kembalinya Voldemort ke tampuk kekuasaannya kembali menyebarkan teror ke seluruh dunia sihir. Tidak ada lagi keamanan, karena satu-satunya orang yang dia takuti, Dumbledore, telah mati. Kementrian Sihir berada dalam kekuasaannya, begitu juga Sekolah Sihir Hogwarts dia kuasai. Kaum penyihir keturunan muggle mendapat ancaman dan harus mati karena satu kesalahan mereka, lahir sebagai keturunan muggle.
Di tengah-tengah upayanya mencari cara mengalahkan Harry Potter, Voldemort tidak menyadari bahwa Horcrux, benda-benda tempat menyimpan jiwa-jiwanya dan membuatnya tidak bisa mati, satu demi satu musnah. Muncul kesadarannya bahwa Harry Potter sedang memburu Horcrux-Horcrux miliknya ketika dia mengetahui bahwa Harry Potter mencuri Cawan Hufflepuf yang disimpan dalam ruang penyimpanan milik Bellatrix Lestrange di Bank Gringgots. Voldemort marah ketika mengetahui bahwa Horcrux-Horcruxnya yang lain hilang dari tempat penyimpanannya. Dia menyadari bahayanya dan selalu melindungi Nagini, ular peliharaannya sekaligus Horcrux ke enam, dengan mantra-mantra sihir. Namun pada akhirnya, Nagini tumbang di tangan Neville Longbottom dengan pedang Gryffindor.
Saat berhadapan-hadapan di medan tempur, Lord Voldemort dan Harry Potter sama-sama tidak lagi punya pelindung. Voldemort sudah tidak lagi memiliki Horcrux dan menjadikannya mortal lagi. Sedangkan Harry juga tidak berada dalam perlindungan ibunya atau Dumbledore lagi yang selalu meloloskannya dari serangan Voldemort. Dengan keyakinan kuat akan menang, Voldemort meluncurkan kutukan Avada Kedavra pada Harry dengan Tongkat Sihir Tetua yang terbuat dari kayu Elder—salah satu benda kematian (Deathly Hallow)—yang memiliki kekuatan sihir berlipat ganda jika dalam genggaman penguasa sejati tongkat tersebut.

KELEBIHAN & KEKURANGAN
Kelebihan dari novel ini adalah cerita novel ini berakhir dengan latar penting yang sudah terungkap. Si penulis, menamatkan kisah Potter tanpa ending terbuka, sehingga baik dirinya ataupun penulis lain tidak akan mencoba memperpanjang kisah Harry Potter.
Untuk kelemahannya saya merasa kesulitan untuk menemukannya dari novel ini, yang tentu saja  telah sukses tujuh seri menggebrak dunia berbukuan, sesulit rasa akhir ketika pembaca sampai pada pertempuran pamungkas antara Harry Potter dan Lord Voldemort serta menyelesaikan sebuah kalimat akhir, “Selama sembilas belas tahun bekas lukanya sudah tidak terasa sakit lagi. Dan semuanya berjalan lancar.”. Tapi rasa sulit berpisah dari kisah Harry Potter yang telah menyihir seluruh dunia dengan petualangan-petualangannya, akan terobati ketika pembaca mencermati, mengulang dan mengulang kembali tujuh seri Harry Potter dan menemukan bahwa kisah ini memang layak dibaca hingga titik baca penghabisan.

http://mynoble.wordpress.com/resensi/harry-potter-and-the-deathly-hallows-rico/